Kamis, 10 Maret 2016

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN DYSPEPSIA 

 NAMA KELOMPOK: 
CRESENSIA SOMUN 
KORI MULIA 
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT,atas rahmat dan hidayahnya , Sehingga penulis dapat menyelesaikan makala ini dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DYSPEPSIA’’makalah ini di susun dalam rangka menyelesaikan tugas yang di berikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Rusmawati Sitorus BSC,Spd,selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta 2. Ibu Yeni iswari,S.kep sebagai dosen pembimbing makalah 3. Staff pendidikan Akademi keperawatan Harum Jakarta yang telah membantu dalsm proses pendidikan 4. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi yang telah memberi bantuan kepada penulis dalam rangka penyusunan makalah ini. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari Sempurna.oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang brersifat membangun,dengan harapan makalah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya dalam meningkatkan perawatan klien. Jakarta,17 maret 2011 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….. DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………… BAB I:PENDAHULUAN……………………………………………………………………….. 1.Latar Belakang …………………………………………………………………….. 2.Tujuan Penulisan………………………………………………………………….. 3.Metode Penulisan……………………………………………………………….. 4.Sistematika Penulisan………………………………………………………….. BAB II:TINJAUAN TEORITIS………………………………………………………………… A.Peranan ETika dalam Dunia Modern……………………………………. B.Moral dan Agama………………………………………………………………... C.Moral dan Hukum………………………………………………………………… BAB III:PENUTUP………………………………………………………………………………. A.Kesimpulan…………………………………………………………………………. B.Saran…………………………………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Arif, 2000). Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, dan sendawa (Dharmika, 2001). Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan Kumpulan gejala yang sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh,serta mual-mual. Penyebab dyspepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan lainnya). b. Dyspepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus bila tidak jelas penyebabnya. B.Tujuan 1.Tujuan umum Memperoleh gambaran yang jelas dan nyata alam melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan ,perencanaan,implementasi,dan evaluasi pada klien dengan dyspepsia. 2.Tujuan khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan dyspepsia b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan dyspepsia c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan dyspepsia d. Mampu melaukan evaluasi pada klien dengan dyspepsia e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan dyspepsia C.Ruang Lingkup Sesuai dengan waktu yang di tentukan dan di sesuaikan dengan tempat serta kemampuan penulis makalah membatasi lingkup bahasanya pada asuhan keperawatan pada klien dengan dyspepsia. D. Metode Penulisan Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode ilmiah bersifat yang di lakukan dengan cara mengumpulkan data,menganalisa,serta menarik kesimpulan sebagai bahan makalah ini dengan data yan di dapat dengan cara: 1.Studi kepustakaan yaitu kegiatan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan Judul makalah dari berbagai macam sumber. 2. Pemeriksaan fisik untuk mendapatkan data tentang keadaan klien Serta objek dan Aktualdengan teknik pemeriksaan fisik,inspeksi,palpasi,perkusi,dan auskultasi. 3. Penulis melakukan observasi dan partisipasi aktif dalam memberikan asuhan Keperawatan langsung dengan klien,keluarga,beriskusi dengan perawat ruangan Untuk memperoleh informasi tentang klien dan bekerja sama dalam merawat klien. E. Sistematika Keperawatan Bab I : Pendahuluan Terdiri dari latar belakang,tujuan penulisan,ruang lingkup,metode,penulisan Dan sistematika penulisan. Bab II : Pembahasan Membahas kesenjangan –kesenjangan yang terjadi antara teori Yang di ambil dari pengkajian sampai dengan evaluasi BaB III : : Penutup Meliputi kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA BAB II PEMBAHASAN I.konsep Dasar A.Pengertian Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Arif, 2000). Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, dan sendawa (Dharmika, 2001). Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-mual. B. Etiologi Penyebab dyspepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan lainnya). b. Dyspepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus bila tidak jelas penyebabnya. C. Tanda dan Gejala Didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dyspepsia menjadi 3 tipe: a. Dyspepsiad e ngan keluhan sepertiu l kus(u lcus-like dyspepsia), dengan gejala: 1) Nyeri epigastrium terlokalisasi 2) Nyeri hilangsetelah makanataupemberianantasid 3) Nyeri saat lapar 4) Nyeri episodic b.Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotilitylikedyspepsia), dengan gejala : 1) Mudah kenyang 2)Perut cepat terasa penuh saat makan 3) Mual 4) Muntah 5) Upperabdominal bloating 6) Rasa tak nyaman bertambah saat makan c. Dyspepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas ) Pembagian akut dan kronis berdasarkan atas jangka waktu 3 bulan D. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium : lebih banyak di tekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti antara lain pancreatitis kronis , diabetes mellitus dan lainnya. Pada dyspepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas normal. b.Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda,serologi helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia di Indonesia). c..Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas,selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik. Pemeriksaan yang dapat di lakukan dengan endoskopi adalah : 1) CLO (Rapid urea test) 2) Patologi Anatomi (PA) 3) Kultur mikroorganisme (MO) jaringan 4)PCR (Polymerase Chain Reaction), hanya dalam rangka penelitian E. Penatalaksanaan a. Modifikasi Pola Hidup Klien perlu di beri penjelasan untuk dapat mengenali dan Menghindari keadaan yang potensial mencetuskan serangan dyspepsia.Belum ada kesepakatan tentang bagaimana diet yang diberikan pada kasus dyspepsia.Penekanan lebih ditujukan untuk menghindari jenis makanan yang dirasakan sebagaifaktor pencetus. Poladiet porsike cil tetapi sering, makanan rendah lemak, hindari atau kurangi makanan, minuman yang spesifik (kopi,alkohol,pedas, dll). Akan banyak mengurangi gejala terutama gejala Setelah makan(Post prandial). b.Obat - obatan Sampai saatini belumada regimenpengobatannya yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Halini dapat dimengerti karena proses patofisiologinya pun masih belum jelas.di laporkan bahwa sampai 70 % kasus dyspepsia terhadap plasebo. 1) Antasida dapat mengurangi / menghilangkan keluhan, tetapi secara studi klinis tidak berbeda dengan efek plasebo. 2) Agen anti sekresi, obat antagonis reseptor H2 telah sering dipakai.Dari berbagai studi yang ada,sebagian di peroleh hasil yang lebih baik di bandingkan plasebo tetapi sebagian lagi tidak. 3) Prokinetik, dari banyak studi penggunaan obat prokinetik,seperti metoklopramid, domperidon dan terutama cisapride, diperoleh hasil yang baik dipandingkan plasebo walaupun tidak jarang , didapat data tidakadanya korelasi perbaikan motilitas terhadap gejala atau keluhan ataupun sebaliknya. Hal ini terutama pada kelompok kasus dyspepsia tipe dismotilitas. 4) Eradikasi Helicobaster Pylori:Eradikasi Hp pada kasus dyspepsia kontroversial kecuali bila pada kasus HP positif yang gagal dengan terapi konvesional untuk dapat di sarankan untuk eradikasi hp. F. Pencegahan Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung. G. Diagnosa Banding a. Penyakit ReflulisGastro Esofadeal(PRGE) Sebagian kasus PRGE tidak memperlihatkan kelainan mukosa yang jelas. Bila di duga adanya PRGE, maka pemeriksaan PH,esofagus dalam bentuk pemantauan 24 jam dapat membedakannya dengan dyspepsia. b. Irritable Bowel Syndrome (IBS) Keluhan klien harus di deskripsikan lebih spesifik.P ada IBS keluhan perut lebih bersifat difus dan terdapat gangguanpola defekasi. H. Prognosis Dyspepsia yang ditegakkan setelah pemeriksaan klinisdan penunjang yang akurat mempunyai prognosis yang baik. B.ASUHAN KEPERAWATAN 1.Pengkajian Berdasarkansumber data, data pengkajian dibedakan atas dataprimer dan data Sekunde. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari klien, Bagaimana kondisi klien. Artinya data tersebut dapat diperoleh melalui walaupun klien Tidak sadar sehingga tidak dapat berkomunikasi. Misalnya data tentang kebersihan diri, data tentangstatus kesadaransehingga terlepas dari lengkap tidaknya data yang terkumpul.Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari klien,seperti dari perawat , dokter, alhigizi, ahlifisio terapi,cataan keperawatan , pemeriksaan laboroturium, hasil rontgen,pemeriksaan diagnostik lain, keluarga dan teman. Pengkajian yang ditemukan padaklien dyspepsia menurut Brunner and Suddarth (2001) Adalah sebagai berikut : selama mengumpulkan data riwayat , perawat menanyakan tentang tanda dan gejala pada klien. Menurut Tucker (1998)pengkajianp ada klien dengan dyspepsia adalahsebagai berikut : a. Keluhan utama Nyeri/pedihp ada epigastrium disampingatas dan bagians amping dada depan epigastrium, mual, muntah dan tidakada nafsu makan, kembung, rasa kenyang. b. Riwayat kesehatan masa lalu Sering nyeri pada daerah epigastrium,adanya stress psikologis, riwayat minum-minuman beralkohol. c. Riwayat kesehatan keluarga Adakahanggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakits aluran cerna. d.Pola aktivitas Pola makan yaitu kebiasaan makan yang tidak teratur, maka makanan yang merangsang Selaput mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah sakit e. Aspek psikososial Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman,adanya masalah interpersonal yang bias menyebabkan stress. f. Aspek ekonomi Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-hal dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress psikologis dan pola makan. g.Pemeriksaan fisik 1) Inspeksi Klien tampak kesakitan, berat badan menurun, kelemahan dan cemas. 2)Palpasi Nyeri tekan daerah epigastrium, turgor kulit menurun karena pasiensering muntah. 3) Auskultasi Peristaltik sangat lambat hampir tidak terdengar (kurang dari lima kali permenit) 4)Perkusi Pekak karena meningkat produksi HCL lambung dan perdarahan akibat perlukaan 2. Diagnosa Keperawatan Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan dispepsia a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung. b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia. c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya 3. Rencana Keperawatan Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan. a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung. Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10) 2. Berikan istirahat dengan posisi semifowler 3. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam lambung 4. Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya 5. Observasi TTV tiap 24 jam 6. Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi 7. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik 1. Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan 2. Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang 3. dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas peristaltik 4. mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium 5. sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya 6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol 7. Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia. Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi INTERVENSI RASIONAL 1. Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat 2. Timbang BB klien 3. Berikan makanan sedikit tapi sering 4. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare. 5. Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai. 6. Monitor intake dan output secara periodik. 7. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB). 1. Untuk mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari hasil yang diharapkan 2. Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat 3. meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster 4. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan 5. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien. 6. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan 7. Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi. c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubaan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik. INTERVENSI RASIONAL 1. Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor kulit 2. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat 3. Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretik 4. Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan 5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV 1. Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler 2. Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit 3. Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut 4. Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan untuk berhasil 5. Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan elektroli d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya. INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji tingkat kecemasan 2. Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan dengarkan semua keluhannya 3. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan 4. Berikan dorongan spiritual 1. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien sehingga memudahkan dlam tindakan selanjutnya 2. Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman dalam segala hal tundakan yang diberikan 3. Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau bekejasama dalam perawatannya. 4. Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan penyakitnya, masih ada yang berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa. 4. Evaluasi Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi 
KONSEP KEPERAWATAN GERONTIK 
A. Pengertian 
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan dengan ilmu dan tehnik keperawatan gerontik yang berbentuk bio psikososial spiritual dan cultura yang komperhensif ditunjukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat induvidu,keluarga kelompok dan komunitas atau masyarakat (Depkes.RI.1992). 
Gerontik adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lanjut usia (Miller.1990). 
 Gerontik cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada masalah kedokteran yaitu penyakit yang timbul pada lansia.
 B. Tujuan Dan Lingkup Keperawatan Gerontik
 1. Tujuan
 a. Memenuhi kenyamanan lansia.
 b. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi talitas tubuh secara optimal.
 c. Menghadapi kematian denga tenang dan damai
 2. Lingkup keperawatan gerontik
 a. Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pad taraf yang setinggi-tingginya sehingga   terhindar dari penyakit /gangguan.
 b. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik dan mental.
 c. Marsngsang kepada petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menengakan diognosa yang tepat dan sedini mungkin. 
d. Mencari upaya sedini mungkin agar semua lansia menderita suatu penyakit agar dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu bantuan/pertolongan.
 e. Bila para lansia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka sudah sMPi pada stadium terminal ini mengajarkanuntuk tetap memberikan bantuan yang simpatikdan perawatan yang penuh perhatikan yang maksimal sehingga kematiannya berlanggsung dengan tenang. 
 C. Ageing Proses 
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi maksimalnya sehingga tidak dapat bertahan tehadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang didrita.(Contantinider.1994). 
 Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya.adakalah orang yang belum tergolong lansia tetapi kekurangan menyolok.(Deskripansi). 
 D. Ageing Theory 
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda 
2. Masing-masing lansia mempunyai kebiasaan yang berbeda 
 3. Tidak ada satu factorpun ditemukan untuk mencengah proses menua 4. Teori genetic dan mutasi ‘’menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi”. 5. Teori non genetic a. Teori radikal bebas b. Teori fisiologi c. Social excage teory d. Teori penarikan diri e. Teori aktivitas f. Teori berlanjut g. Teori perkembangan h. Teori strafikasi usia E. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan 1. Hereaitas 2. Nutrisi 3. Status kesehatan 4. Pengalaman hidup 5. Lingkungan 6. Stres F. Batasan-batasan lanjut usia Menurut WHO: a. Usia pertengahan : 45-59 tahun b. Lansia : 60-74 tahun c. Lanjut usia tua : 75-90 tahun d. Usia sngat tua : >90 tahun G. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia 1. Perubahan-perubahan fisik a. sel 1. Lebih sedikit jumlhnya 2. Lebih besar ukurannya 3. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya CIS 4. Menurunnya proporsi protein di otak,ginjal,darah dan hati 5. Jumlah sel otak menerun 6. terganggunya mekanisme perbaikan sel 7. Otak menjadai atropi beratnya berkurang 5-10% b. Sistim persarafan 1. Berat otak menurun 10-20% 2. Cepatnya menurun hubungan persarafan 3. lambat dalam respond an waktu beraksi,khususnya dengan stress 4. Mengecilnya saraf panca indra 5. Berkurangnya pengglihatan,pendengaran,mengecilnya saraf penciuman dan perasa,lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan dingin 6. Kurangnya sensitive terhadap sentuhan 7. Sistem nervous c. Sistem pendengaran 1. Prebiotikus(gangguan pendengaran)tulanggya kemampuan pendengaran pada telinga dalam 2. Membina timpani menjadi atnoropi menyebabkan otsklerosis 3. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya kreatine 4. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa 5. Sistem pendengaran d.Sistem penglihatan 1. Sfiter pupil timbul skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar 2. Kornea lebih berbentuk sferis 3. Lansia lebih suram menjadi katarak ,jelas menyebabkan gangguan penglihatan 4. Meningkatnya ambang,pengalaman sinar daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam gelap 5. Hilangnya daya akomodasi 6. Menurunya lapang pandang berkurangnya luas penolangannya 7. Menurunya daya membedakan warna biru atau hijau pada skla e. Sistem kardiovaskuler 1. Elastisitas dinding aorta menurun 2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku 3. Kemampuan darah memompa jantung menurun ,menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun hal ini menyebabkan menurunya kontraksi 4. Kehilangan elastisitas pembulu darah kurangnya evektivitas pembuluh darah perifer untuk orsigenisasi f. Sistem pengaturan temperature tubuh Pada pengatura suhu,hipotalamus dianngap bekerja sebangai suatu thermostat yaitu:menetapkan suatu suhu tertentu ,kemunduran terjadi sebangai factor yang mempengaruhi yang sering ditemui yaitu; a. Temperatur tubuh menurun secara fisiologi b. Ketergantungan reflek memggil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehjnnga terjadi rendahnya aktifitas otot g. Sistem respirasi 1. Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku 2. Menurunya aktifitas dari silia 3. Paru-paru kehilangan elastifitas residu meningkat,menarik napas lebih berat 4. Alveolu ukuran melebar dari biasa dan jumlah berkurangnya penyakit yang diambil adalah: Pneumonia,TBC h. Sistem gastrointertinal 1. Kehilangan gigi Penyebabnya adalah periodetal dereases yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun,penyebab lain meliputi kesehatan gigi buruk dan gigi buruk 2. Indra pengecap menurun,adanya iritasi yang kronis dari selaput atropi 3. Esofagus melebar 4. Lambung,masa lapar menurun 5. Peristalitik melemah dan biasanya timbul knstipasi 6. Fungsi obsorbsi melemah atau mengganggu 7. Liver makin menggecil dn menurunnya tempat penyimpanan,berkurngnya aliran darah 8. Menciutnya ovary dan uterus 9. Athoropi payudara 10. Pada laki-laki testi masih bisa memproduksi sperma meskipun ada penurunan 11. Dorongan seksual menepap sampai usia diatas 70 tahun (asalkan kondisi kesehatan baik) 12. Kehidupan seksual dapat di upanyakan sampai masa lanjut usia i. Sistem genitor urinaria 1.Ginjal Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism tubuh melalui urine adalah yang masuk ke ginjal,disaring oleh satuan (unit)dari ginjal yang disebut nefron(tepatnya di glomerus),kemudian nefron menjadi athropi,aliran darah keginjal menurun sampai 50% fungsi tubuh,berkurangnya akibatnya:kurangnya kemampuan mengkonsentrasikan urine,berat jenis urine menurun,protein usia (biasanyalebih kurng 1)blood urea nitrogen meningkat sampai 21minngu%,nilai ambang ginjal terhadap glokosa meningkat. 2.Vesika urinaria (kandung kemih) Otot-otot menjadi lemah,kapasitasmnya sampai menurun 200ml atau menyebabkan frekuensi buabg seni meningkat . 3.Pencetusan prostate sampai 75% dialami oleh pria usia diatas 65 tahun 
 4.Pada wanita terjadi atropi vulva 
5.Vagina
 j. Sistem Indokrin
1. Hampir semua produksi dari semua hormone menurun
 2. Fungsi para tiroid dan sekresinya tidak berubah 
3. Pituitasi
 4. Menurunnya aktivitas tiroid
 5. Menurunnya produksi aldosteron 
6. Menurunnya sekresi hormone kelamin .misalnya:progesterone,estrogen dan testosterone 
 k. Sistem kulit
 1. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak 
2. Permukaan kulit kasar dan bersisik 
3. Menurunnya nefron terhadap trauma 
4. Mekanisme proteksi kulit menurun
 5. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu
 6. Rambut dalam hidung dan telinga menebal
 7. Berkurangnya vestifitas akibat dari menurunnya cairan dan veskularisasi
 8. Pertumbuhan kuku lebih lambat 
  l. Sistem muskuloskletal
 1. Tulang kehilangan density(cairan) dan makin rapuh
 2. Berbentuk kiphosis
 3. Pinggang,lutut,dan jari,pergelangan terbatas 
4. Discusin fervertebralis menipis dan menjadi pendek 
5. Persendian membesar dan menjadi kaku 
6. Atropit serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi kaku,otot mudah keram dan menjadi tremor
 7. Otot polos tidak begitu berpengaruh 2. Perubahan Mental a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental: 1. Pertama-tamaperubahan fisik,khususnya organ perasa 2. Kesehatan umum 3. Tingkat pendidikan keturunan 4. Lingkungan b. Memori (kenangan) 1. Kenangan jangka panjang 2. Kenangan jangka pendek atau seketika c. IQ (Intelegentio Quantion) 1. Tidak berubah dengan informati matematika dan perkembangan verbal 2. Berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotor,terjadi pada perubahandaya membayangkan karena tekanan dari factor waktu. 3.Perubahan Psikososial Pensiun Nilai seseorang sering diukur oleh pruduktifitas dan identitas di kaitkan dengan perasaan dalam pekerjaan,bila seseorang pension ia akan mengalami kehilangan antara lain: a. Kehilangan status(dulu mempuyai jabatan) b. Kehilangan finasial c. Kehilangan teman d. Kehilangan pekerjaan/kegiatan 
 BAB III PENUTUP 
 A. KESIMPULAN 
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Arif, 2000). Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, dan sendawa (Dharmika, 2001). Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-mual. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan dengan ilmu dan tehnik keperawatan gerontik yang berbentuk bio psikososial spiritual dan cultura yang komperhensif ditunjukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat induvidu,keluarga kelompok dan komunitas atau masyarakat (Depkes.RI.1992). Gerontik adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lanjut usia (Miller.1990). Gerontik cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada masalah kedokteran yaitu penyakit yang timbul pada lansia. 

 B. SARAN 
Sesuai dengan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut : 
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan yang lebih akurat dan lengkap sesuai dengan keadaan klien guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang perkembangan kondisi klien serta tindakan yang dilakukan terhadap klien. 
Mahasiswa dan mahasiswi diharuskan untuk lebih memahami teori tentang penyakit dan asuhan keperawatan pada klien dengan dispepsia, sehingga mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan dispepsia secara efektif dan komprehensif.




 DAFTAR PUSTAKA 
Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta, EGC
 Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan, edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika. 
Manjoer, A, et al, 2000, Kapita selekta kedokteran, edisi 3, Jakarta, Medika aeusculapeus Suryono Slamet, et al, 2001, buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 2, edisi , Jakarta, FKUI 
Doengoes. E. M, et al, 2000, Rencana asuhan keperawatan, edisi 3 Jakarta, EGC 
Price & Wilson, 1994, Patofisiologi, edisi 4, Jakarta, EGC Warpadji Sarwono, et al, 1996, Ilmu penyakit dalam, Jakarta, FKUI